Kamis, 25 November 2010

Asuhan Keperawatan Persalinan Normal

1. Konsep Dasar Persalinan
Persalinan adalah serangkai kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran dan selaput janin dari tubuh ibu.
Persalinan adalah proses hasil pengeluaran konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kndungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)

1.1. Macam Persalinan
1. Persalinan Spontan
Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga lain dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan operasi seceio saesario
3. Persalinan Anjuran
Bila persalinan tidak melalui dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin

1.2. Sebab – sebab Persalinan
1. Penurunan Kadar Progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot – otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentangan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his
2. Teori Oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot – otot rahim.
3. Keregangan Otot – otot
Sama halnya dengan kandung kemih dan lambung bila dinding teregang oleh isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya, demikian pula dengan rahim. Maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot rahim makin rentan
4. Pengaruh janin
Hipofise dan kelenjar supernal janin rupanya juga memegang peranan, oleh karena adanya anencephalus kehamilan sering lebih lama
5. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas dapat menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disoking dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah parifer pada ibu – ibu hamil sebelum melahirkan atau masa persalinan.

1.3. Tanda – tanda Inpartum
1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluar lendir dan darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks
3. Kadang – kadang ketuban pecah sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah ada

1.4. Mekanisme Persalinan Biasa
Kala Persalinan
1. Kala I (Kala pembukaan)
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a. Fase Laten
Dimana pembukaan servik berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm dan berlangsung dalam 7 – 8 jam
b. Fase Aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi 3 sub :
Periode Akselerasi : Bersangsung 2 jam pembukaan menjadi 4
Periode Dilatasi : Maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
Periode Deselerasi : Berlangsung lambat dalm waktu 2 jam pembukaan 10 cm atau lengkap
Fase – fase diatas di jumpai pada primigravida bedanya pada multigravida adalah
Primigravida Multigravida
Serviks mendatar (effa cement) dulu baru dilatasi
Berlangsung 13 – 14 jam  Mendatar dan membuka bisa bersamaan
Berlangsung 6 – 7 jam

2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira – kira 2 – 3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot – otot dasar panggul yang secara seflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan, karena pada tekanan ada rektum ibu merasa seperti mau BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai keletihan, vulva membuka dan perineum merengang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin akan lahir kepala diikuti oleh seluruh badan dan janin. Kala II pada primigravida 1,5 – 2 jam dan pada multigravida 0,5 – 1 jam


3. Kala III
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5 – 10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis/fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100 – 200 cc
4. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadao bahaya perdarahan post partum.

Lama persalinan pada primigarvid dan multigravida
Primigravida Multigravida
Kala I
Kala II
Kala III 13 jam
1 jam
½ jam 7 jam
½ jam
¼ jam
Lama Persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam

1.5. Pimpinan Persalinan
1.5.1 Posisi ibu dalam persalinan
Posisi litotomi adalah yang umum dimana wanita berbaring terlentang dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat ke samping kanan dan kiri.
Posisi duduk (Sauading Position), sekarang posisi bersalin duduk telah dikembangkan di negara – negara Amerika latin. Untuk itu dibuat meja untuk bersalin khusus dimana wanita dapat duduk sambil melahirkan

Cara berbaring
» Menurut Waicher : Ditepi tempat tidur
» Menurut Tjenk – Wllink : Memakai bantal
» Menurut Jonges : Untuk memperlebar pintu bawah panggul
» Menurut posisi simp : Posisi miring

1.5.2 Menolong Atau memimpin Persalinan Biasa
1. Kala I
Pada kala I mengawasi wanita inpartum sebaik – baiknya serta menanamkan semangat diri pada wanita ini bahwa proses persalinan adalah fisiologis. Tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong. Apabila ketuban belum pecah wanita inpartum boleh duduk atau berjalan – jalan, jika ketuban sudah pecah dilarang untuk jalan – jalan dan harus berbaring. Bila berbaring sebaiknya kesisi dimana punggung berbeda.
Periksa dalam pervagina dilarang kecuali ada indikasi karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi, apabila dilakukan tanpa memperhatikan sterillisasi (septik). Pada kala pembukaan dilarang mengedan karena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya kala I berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm

2. Kala II
Pada permulaan kala II ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri, bila belum pecah harus dipecahkan, his datang lebih sering dan lebih kuat lalu timbullah his mengedan. Penolong harus siap untuk memimpin persalinan.
Ada 2 cara ibu mengedan yaitu :
a. Letak berbaring merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit hingga daku mengenai dada mulut dikatup
b. Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan kearah punggung janin berbeda dan hanya satu kaki dirangkul yaitu yang sebelah atas
Bila kepala janin sampai di dasar penggul, vulva mulai membuka, rambut kepala kelihatan. Tiap his kepala lebiih maju, anus terbuka, perineum meregang, penolong harus menahan perineum dengan kanan tangan beralaskan kain kasa atau kain doek steril supaya tidak terjadi robekan (Rupture Perinei) pada primigravida dianjurkan melakukan episootomi

3. Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir yang normal dan sehat akan segera menarik nafas dan menangis, menggerakan tangan dan kakinya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah kira – kira membuat sudut 30ยบ dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan dan lendir dihisap dengan penghisap lendir. Tali pusat diklempada 2 tempat 5 dan 10 cm dari umbilikus lalu digantung/dipotong diantaranya. Ujung pada pusat bayi diikat dengan pita atau benang atau klem plastik, sehingga tidak ada pendarahan akkhirnya bayi diurus sebaik – baiknya. Lakukan pemeriksaan ulang pada bayi ; kontraksi atau palpasi rahim, kandung kemih penuh atau tidak, kalau perlu harus dikosongkan sebab dapat menghalangi kontraksi rahim dan menyulitkan kelahiran uri.

4. Kala III
Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran uri ini cukup penting karena kelalaian dapat menyebabkan resiko perdarahan yang dapat membawa kematian. Kala ini berlangsung mulai dari bayi lahir sampai uri keluar lengkap. Biasanya uri akan keluar spontan dalam 15 – 30 menit, dapat ditunggu sampai 1 jam tetapi tidak boleh ditunggu bila terjadi banyak perdarahan.
Kala III terdiri dari 2 fase yaitu :
o Fase pelepasan uri
o Fase pengeluaran uri
Lokalisasi dari uri ialah :
o Pada dinding depan dan belakang korpus uteri.
o Kadang – kadang pada dinding lateral.
o Jarang difundus uteri
o Sesekali pada segment bawah rahim (SBR) disebut plasenta privea

Fase pelepasan Uri
Cara lepasnya uri ada beberapa macam :
o Schultze
Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini yang paling sering terjadi (80%) yang lepas duluan adalah bagian tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
o Duncan
Lepasnya uri dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan (20%)vdarah akan keluar melalui selaput ketuban. Serempak lahir dari tengah dan pinggir plasenta
Fase Pengeluaran Uri
Uri yang lepas oleh kontraksi rahim akan didorong kebawah oleh rahim karena dianggap benda asing. Hal ini dibantu pula oleh tekanan abdominal atau mengedan sehingga uri akan lahir 20% secara spontan dan selebihnya memerlukan pertolongan.
Prasat untuk mengetahuai lepasnya uri
1. Kustner
Tali pusat dikencangkan, tangan dikencangkan diatas simpisis bila tali pusat masuk kembali maka plasenta belum lepas.
2. Klein
Sewaktu his rahim kita dorong sedikit bila tali pusat kembali belum lepas, tidak bergetar sudah lepas.
3. Stasman
Tali pusat dikencangkan dan rahim diketok – ketok. Bila getaranya sampai pada tali pusat berarti plasenta belum lepas.
Pengeluaran Selaput Ketuban.
Selaput janin biasanya lahir dengan mudah namun kadang – kadang masih ada yang tertinggal. Ini dapat dikeluarkan dengan jalan :
• Menarik pelan – pelan.
• Memutar atau memilin seperti tali
• Memutar pada klem
• Manual atau digital




5. Kala III
Darah yang keluar dipantau sebaik – biaknya, rata – rata dalam batas normal jumlah perdarahan 250 cc. Biasanya 100 – 300 cc. Bila perdarahan lebih dari 500 cc. Ini dianggap abnormal harus dicari penyebabnya. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang dan perhatikan 7 pokok penting.
1. Kontraksi rahim : Baik atau tidak dapat diketahui dengan palpasi
2. Perdarahan : Ada atau tidak bayak atau biasa
3. Kandung kemih : Harus kosong, kalau penuh harus disuruh kencing kalau tidak bisa dikateter.
4. Luka – luka : Jahitan baik atau tidak ada luka perdarahan atau tidak.
5. Uri dan selaput ketuban harus lengkap.
6. Keadaan umum ibu, TD, Nadi, RR, rasa sakit
7. Bayi dalam keadaan baik.

2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
2.1 Pengkajian
2.1.1. Data Subjektif
1. Identitas klien.
Berisi tentang identitis klien.
2. Keluhan Utama
Berisi tentang apa yang dirasakan saat ini, pengeluaran pervagina, gerakan janin.
3. Riwayat Menstruasi.
Meliputi menarche, siklus haid, lama haid, dysmenorrhoe, flour albus, HPHT.
4. Riwayat Obsteteri lalu.
5. Riwayat Penyakit Klien.
6. Riwayat Penyakit Keluarga.
7. Pola Kehidupan Sehari – hari.
a. Pola Nutrisi
Kapan ibu terakhir makan dan minum.
b. Pola Eliminasi
Pola BAK dan BAB terakhir dan selama masuk kober.
c. Pola Istirahat.
Kapan istirahat terakhir kali.
d. Pola Aktivitas Seksual.
Kapan klien melakukan hubungan terakhir seksual.
e. Pola Kebiasaan
Apakah klien merokok, minum jamu – jamuan atau memelihara binatang dirumah.

2.1.2. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Meliputi KU, kesadaran, BB, TD, suhu, nadi, pernafasan.
• Inspeksi.
Meliputi pemeriksaan pandang mulai dari ujung rambut sampai kaki.
• Palpasi.
Pemeriksaan raba menggunakan pemeriksaan leopold I, II, III, IV
• Auskultasi.
Pemeriksaan menggunakan funanduskop (DJJ)
• Perkusi.
Pemeriksaan ketuk untuk mengetahui refleks patella

2. Pemeriksaan Khusus
Meliputi Vagina Toucher (VT) untuk mengetahui beberapa pembukaan seviks, effasement, konsistensi, ketuban sudah pecah atau belum, presentasi denomimaror, hodge.

2.2 Diagnosa.
G....P....primigravida/multigravida, umur kehamilan.... minggu, TFU......... hidup tunggal, letak kepala...., intrauteri, keadaan jalan lahir BAK, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I fase....
2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial.
2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera atau Kolaborasi.
2.5 Planning
a. Berikan keterangan tentang hasil pemeriksaan.
b. Observasi partigraf (ketuban, DJJ, penyusupan, nadi, TD, turunnya kepala, kontraksi, obat – obat, suhu, urine, hidrasi.)
c. Berikan dukungan dan keyakinan ibu dalam menghadapi persalinan.
d. Berikan informasi tentang proses dan kemajuan persalinan.
e. Lakukan perubahan posisi sesuai keinginan ibu, jika ibu ingin tetap ditempat tidur anjurkan untuk miring kekiri.
f. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi.
g. Berikan ibu minum untuk mencukupi energi dan mencegah dehidrasi.
h. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
i. Siapkan alat : partus set, hecting set, pakaian ibu dan bayi.
2.6 Intervensi.
Melakukan planning yang sesuai dengan kebutuhan ibu inpartus
2.7 Evaluasi.
Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan baik jangka panjang maupun pendek.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN (GLOMERULONEFRITIS AKUT)

A. PENGERTIAN
GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun.

(Kapita Selecta, 2000)

B. ETIOLOGI
Streptococcus beta hemoliticus group A.
Keracunan (timah hitam, tridion)
Penyakit sipilis
Trombosis vena renalis
Penyakit kolagen

(Kapita Selecta, 2000)


C. MANIFESTASI KLINIK
1. Hematuria
2. Oliguria
3. Edema ringan sekitar mata atau seluruh tubuh
4. Gangguan gastrointestinal
5. Sakit kepala, merasa lemah
6. Nyeri pinggang menjalar sampai ke abdomen

D. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat selama 1-2 minggu
2. Modifikasi diet.
3. Pembatasan cairan dan natrium
4. pembatasan protein bila BUN meningkat.
5. Antibiotika.
6. Anti hipertensi
7. Pemberian diuretik furosemid intravena (1 mg/kgBB/kali)
8. Bila anuria berlangsung lama (5-7hari) dianjurkan dialisa peritoneal atau hemodialisa.

E. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan umum, meliputi Gg/peny. yang lalu, berhubungan dengan peny. sekarang. Contoh: ISPA
2. Riwayat kesehatan sekarang,Meliputi; keluhan/gg. yang berhubungan dgn. Peny. saat ini. Seperti; mendadak, nyeri abdomen,Pinggang, edema.

F. PENGKAJIAN FISIK
1. Aktivitas/istirahat
- Gejala: kelemahan/malaise
- Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
- Tanda: hipertensi, pucat,edema
3. Eliminasi
- Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
- Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
4. Makanan/cairan
- Gejala: peBB (edema), anoreksia, mual,muntah
- Tanda: penurunan haluaran urine
5. Pernafasan
- Gejala: nafas pendek
- Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)
6. Nyeri/kenyamanan
- Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
- Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada laboratorium didapatkan:
Hb menurun
Ureum dan serum kreatinin meningkat
Elektrolit serum (natrium meningkat)
Urinalisis (BJ. Urine meningkat, albumin +, Eritrosit +, leukosit +)
Pada rontgen:
IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan bd.produksi urine yang menurun akibat dari penurunan filtrasi ginjal.
2. perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan bd. Intake yang kurang.
3. Intoleransi aktivitas bd. Kelemahan fisik, bedrest.
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit (infeksi sekunder) bd. Perubahan metabolisme dan sirkkulasi tubuh.

I. IMPLEMENTASI
Diagnosa keperawatan 1.
Observasi tanda vital tiap 2 jam
Kaji status cairan, observasi intake dan output
Jelaskan pada pasien pentingnya pembatasan cairan
Timbang BB tiap hari pada waktu, alat dan pakaian yang sama
Observasi hasil lab: BJ. Urine, Albumin, elektrolit, darah (kalium dan natrium)
Diagnosa keperawatan 2.
Catat pemasukan makanan setiap kali habis makan
Catat gejala yg timbul stlh makan, seperti: mual muntah
Kaji pola dan kebiasaan makan pasien
Sajikan makanan yang menarik dan selalu hangat, porsi kecil tapi sering.
Pemberian diet tinggi kalori rendah protein, tinggi karbo hidrat rendah garam.
Observasi hasil lab: BUN dan serum creatinin.
Diagnosa Keperawatan 3.
Kaji aktivitas yang biasa dilakukan Pasien setiap hari
Anjurkan pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
Bantu aktivitas yang belum dapat dilakukan sendiri oleh pasien.
Batasi aktivitas pasien selama di rawat
Diagnosa Keperawatan 4.
Jelaskan pd pasien tujuan dari setiap tind. yg dilakukan.
Observasi keadaaan perkembangan kulit setiap hari.
Kebersihan kuku.
Miring kiri-kanan setiap 2 jam.
Lakukan masase,olesi minyak untuk memperlancar aliran darah
Pertahankan kondisi kulit tetap kering.
Anjurkan pasien memakai pakaian/alat-alat tenun dari bahan katun

J. EVALUASI
Intake dan output cairan seimbang.
Tidak ada udema.
Tanda-tanda vital: TD: 120/80 mmHg, RR: 20 X/m, HR: 80 X/mt, suhu: 367o C.
Kadar elektrolit darah normal.
Tidak ada mual, muntah.
Pasien dapat menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan.
Tidak ada gatal-gatal dan lecet pada kulit.
Tahan terhadap aktivitas tanpa ada kelelahan.